Candi Borobudur



Late Post..
 
ulfa, ismi, umi, inggi, rima
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Entahlah ini liburan keluarga atau bukan. Tapi nyatanya aku, beserta adik laki-lakiku , mbak seperantauan yang juga dari Aceh  juga bersama adiknya ditambah juga dengan keluarga mbak dari Sulawesi itu, bisa dikatakan ini adalah moment berlibur keluarga. Bukan tanpa makna, selain berniat untuk sekedar berwisata. Moment ini juga dimaksudkan untuk syukuran atas wisuda mbak dari Aceh dan Sulawesi itu. Yah, memang lucu juga. Setelah setahun lebih di Jogja baru Agustus 2014 lalu aku menikmati hidangan sejarah dan budaya Borobudur, hehe.

Masih segar dalam ingatan. Sepanjang perjalanan menuju Magelang, mata disuguhi hiruk pikuknya kota Jogja yang kaya akan budaya, seni, dan hal indah lainnya. Mobil Avanza yang kami naiki melaju dengan gesitnya.

Entah pukul berapa tepatnya kami tiba di TTJ (Tempat Tujuan Wisata) hehe yang jelas, memasuki pelataran candi Borobudur titik fokus sudah membidik puncak candi Borobudur. Berjalan bersama menuju pembelian tiket dan bergegas menyambangi candi. Eh tunggu, ibu mbak Sulawesi beli topi dulu. Ternyata aku bahkan kami kalah narsis, hehe. Ya, sebelum benar-benar memasuki candi, banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Mulai dari segala macam topi, kacamata, minuman dingin, makanan, dan hal unik lainnya. Aku memilih untuk membeli pocari sweat untuk pelepas dahaga dan pengembali ion tubuhku ketika di puncak, hehe. Yang lain ada yang sekedar membeli cemilan juga minuman dan makanan lainnya. Sungguh aku tak lapar akan makanan, namun aku haus akan peradaban candi ini. Tukasku. Hehe

Selain itu, di pelataran ini banyak bangku-bangku taman juga taman yang indah dan teduh tentunya.

Bergegas menapaki tangga
Menjejak tangga demi tangga menuju lembah candi. Disini kami mulai dipandu oleh pemandu yang menjelaskan sejarah candi Borobudur. Di muka candi, kami berfhoto ria. Ini adalah moment yang tak mungkin terlupakan seolah berfhoto sudah menjadi hal lumrah. Ya, nyatanya memang sudah biasa. 

Anehnya, cuaca di candi itu sangat terik sekali. Aku serius. Namun hawa panas itu tak sedikitpun menghampiriku. Angin disini begitu sepoy-sepoy berkali-kali hingga membuat kerudung dan gamis pinky ku berkibar-kibar, hehe

Menatap setiap relief yang ada dan mencoba untuk memahami arti dan makna dibalik itu semua. Namun ada yang ganjil. Itu kenapa kepala patungnya banyak yang hilang. “Diambil orang yang tidak bertanggungjawab, itukan bernilai mahal.” Celetuk adikku. Sayang sekali, inikan warisan budaya yang harusnya dijaga keutuhannya. Pikirku.

Berpose bersama mbak, mas, dan adik laki-lakiku :)
Lelah? Iya sedikit, hehe namun tak ada apa-apanya jika dibanding dengan keindahan dan keunikan candi ini. Kami berteduh di sebuah kursi tepat dibawah pohon yang tak begitu rindang namun mendinginkan. Tak berapa jauh dari tempat kami duduk, tampak serombongan anak-anak mungkin menduduki bangku kelas lima atau enam sekolah dasar. Mereka menyapa seorang turis entah dari negara mana, namun berkulit putih seperti turis pada umumnya. Mengajak berbicara dengan turis itu dengan bahasa Inggris yang bisa dibilang pas-pas-an, hehe tapi keren, mereka punya keberanian dibanding kami yang hanya melihat saja. Tepuk tangan untuk mereka, proookkk.. proookkk… :) Ya, obrolan itu membuahkan hasil. Turis itu sangat respon sekali. Mereka bercerita sembari tertawa-tawa riang. Setelah itu mereka berfhoto bersama dan ada juga anak yang hanya ingin berfhoto berdua bersama sang turis, terjadilah antri fhoto bergantian, hehe.

Ah, sudah cukup. Aku ingin menaiki puncak tertinggi candi ini. Pikirku.

Kami bergegas menapaki anak tangga. Allaahu Akbar. Indah sekali hamparan hehijauan yang mengitari candi ini dipandang dari puncak. Seperti ada kabut di pegunungan nan jauh disana, namun cuaca sangat cerah sekali. Langit biru juga memayungi.

Turis sedang asyik memotret arca
Aku penasaran dengan arca didalam stupa. Kunaiki sedikit sisinya. Tampak didalam stupa, arca itu sedang duduk bertapa. Tapi seperti pembahasan tadi ada yang hilang kepalanya ada juga yang tidak. Dan aku rasa turis sangat tertarik dengan arca yang terbuka itu. Mereka berulang kali memotretnya dan bertanya pada pemandu.

Waktu semakin berlalu saja. dirasa cukup kami segera turun. Dihamparan lapangan hijau itu, keseluruhan candi sangat jelas terlihat. Maka kami istirahat sejenak disana sembari ngemil makanan yang kami bawa. Eh, kami shalat dzuhur dulu. Setelah itu bergegas menuju jalan pulang. Tapi masih di kompleks candi. Oya, sepanjang berada di candi. Musik khas Jawa mengudara dari setiap corong suara di sekitar candi.

Kami menelusuri jalan taman untuk keluar kompleks candi. Sebelum itu mampir dulu melihat rusa. Membeli kangkung secukupnya dan kami berikan pada rusa-rusa itu. Lucu sekali pikirku. Karena ini kali pertama aku sedekat itu dengan rusa, hehe. Selanjutnya, sepanjang jalan menuju keluar, kami seperti memasuki pasar yang menjual berbagai macam khas daerah dan unik-unik. Ada kaos jogja, batik, segala macam jenis cobek/ulegan (terbuat dari batu yang sudah dibentuk, fungsinya untuk menghaluskan cabe, dkk hehe), miniatur candi, becak mini, dll. Pokoknya semua ada, mulai dari sandangan, panganan, tapi papan enggak ada lho, hehe. Ya, aku tertarik dengan sebuah makanan. Entah apa namanya. Ia terbuat dari gula merah yang dicampur kacang dan dicetak berbentuk bulat. Ya hanya itu saja yang ku inginkan. Akulturasi rasa gula yang manis dan kacang yang gurih itu membuat sensasi tersendiri di lidahku. :)

Oya, pengunjungnya sangat ramai mulai dari dalam negeri sampai luar negeri. Bermacam pengunjung khas dengan daerahnya masing-masing. Memang perbedaan itu indah sekali. :)

Kami kembali pulang ke Jogja. Juga mampir ke Ayam Penyet Surabaya. Hemm sudah lama tak menikmati makanan ini. Dulu ketika masih di Medan ini menu favorit bersama teman-teman usai nge-mall dan nonton di bioskop terdekat. Maklumlah sebagai santri, kami hanya boleh izin keluar pesantren sekali dalam sebulan. Itu juga dari pukul satu hingga pukul lima sore, hehe. Eh kok kesini..

Wisata Candi Borobudur pun usai…
See you next time. Mungkin lain waktu kita akan wisata bersama lagi. :)
Adikku Aan, Mbak Umi, Ismi, Mbak Ulfa, Mbak Inggi, Papa Mbak Inggi, Mama Mbak Inggi, dan Mas Nuruz.


17 Januari 2015, Yogyakarta.

Gallery :
tampak dari candi


setelah menjejak tangga pertama


sesi mengintip arca di dalam stupa


menaiki tangga candi

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lelaki Hebatku, Terimakasih untuk Semua Rasa Cemburu yang Kau Berikan.

Grojokan Sewu: Tawangmangu

Kembali ke Blitar; Aku Datang….