Jodoh dan Tayangan Televisi..
Ekspresi kegelisahan....
Sumber : Google |
Sebagai
pembuka sebuah kegelisahan dan kegundahan-gulanaan, aku ingin berkata “Memilih jodoh saja bijak, apalagi
memilih tayangan televisi”. Mungkin
kalimat ini amat sangat menggelitik. Lho iya, kok bisa jodoh dikaitkan dengan
televisi? Maksudnya dapat jodoh melalui televisi gitu? Tentu saja bukan itu
jawabannya.
Wahai
para penggemar tayangan televisi… Menonton bukan sekedar untuk hiburan. Pemaknaannya
lebih dalam lagi dari itu. Menonton pada dasarnya adalah salah satu sarana
untuk mendapatkan informasi. Maka sudah sepatutnya tayangan di televisi
menayangkan hal-hal yang dikatakan sebagai ‘informasi’. Menghibur? Bolehlah,
asal tetap mengutamakan sisi informasi dan sisi edukatifnya. Yah, sebagai salah
satu warga negara yang turut menonton televisi, nuraniku kadang berontak dengan
sebagian tayangan. Sebagian tayangan yang bisa dikatakan kurang edukatif,
kurang informatif, kurang inspiratif, bullying,
pornografi, violence, dan terkadang bias gender juga.
Selain
beberapa hal diatas, kini ranah pertelevisian Indonesia juga dimasuki unsur
politik. Ya, seperti yang kita ketahui. Keberpihakan tayangan televisi itu
sangat tampak saat pemilu presiden 2014 lalu. Dimana sebagian politikus saling
mencitrakan diri melalui media masing-masing. Tentu saja ini sudah keluar dari
jalur pertelevisian yang harusnya menyediakan informasi se-valid mungkin dan tidak ada unsur keberpihakan.
Selain
itu, jam tayang yang kurang tepat juga menjadi salah satu faktor hilangnya
eksistensi pertelevisian tanah air. Dimana bukan lagi sisi ‘informatif’ dan
‘edukatif’ yang diutamakan melainkan ‘menghibur’ itu yang menjadi tujuan. Sehingga
sisi kualitas sudah dinomer sekiankan. Jika hanya berisi hiburan yang tidak ada
manfaatnya dan terkesan tidak bisa dipahami apa maksud dari tayangannya, bisa
dibayangkan sendiri mau jadi apa dan bagaimana masyarakat pengkonsumsi tayangan
televisi kita?
Sumber : Google |
Hal
ini pada dasarnya merupakan pembodohan moral yang mungkin belum disadari
sebagian para pengkonsumsi informasi via televisi. Dan yang lebih dikhawatirkan lagi adalah dari
kalangan anak-anak. Tentu saja tidak semua anak paham mana yang layak ditonton
dan mana yang tidak layak ditonton. Maka anak-anak perlu didampingi dalam
menonton tayangan televisi. Orang tua yang pastinya harus berperan aktif dalam
mendampingi. Beri batasan jam menonton anak. Juga biasakan untuk tidak menonton
televisi saat waktu maghrib tiba. Kanapa? Karena tayangan anak menjelang
maghrib tentu saja sangat menarik perhatian anak-anak. Maka orang tua harus
mampu membiasakan untuk tidak menonton di waktu maghrib. Ajak anak untuk
mengisi waktu tersebut dengan beribadah dan belajar.
Selain
anak-anak, orang dewasa juga perlu melakukan tindakan pemilihan tayangan yang
ditonton. Tahu kapan saatnya menonton dan kapan saatnya mengerjakan hal lain
yang lebih bermanfaat.
Yah,
begitulah secuil pendapat tentang wajah pertelevisian di tanah air tercinta.
Memang rasanya tak mungkin untuk menghentikan sebagian tayangan-tayangan
televisi yang tidak baik untuk ditonton. Namun langkah lain yang bisa dilakukan
adalah menjadi penonton yang bijak. Tidak semua tayangan itu layak ditonton,
maka harus dipilah dulu. Filtering
ini sangat penting demi tidak rusaknya moral dan akhlaq masyarakat terutama
para generasi muda Indonesia. Mau dibawa kemana tanah air tercinta jika para
generasi anak bangsa sudah rusak dan hancur moralnya?
Bijaklah dalam memilah tayangan televisi
supaya mendapatkan informasi yang berkualitas. Ini kan sama dengan memilih
jodoh. Kalau ditanah Jawa dilihat dari bibit, bebet, dan bobotya (Tahu dari
dosen sih hehe). Nah, memilih tayangan televisi juga begitu, harus diperhatikan
sisi edukatif-nya, infornatif-nya, inspiratif-nya, dan juga menghibur. Terus, jodoh
kita adalah cerminan diri kita. Ini sama dengan tontonan yang kita lihat adalah
cerminan kepribadian diri kita.
Semakin
berkualitas tayangan televisi yang kita tonton maka semakin berkualitas juga
kepribadian diri kita.
Ya,
ini hanya secuil ungkapan kegundah gulana-an nuraniku yang sering berontak
melihat sebagian tayangan televisi di tanah air. Berharap pemerintah khususnya
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) bisa bekerja sama dalam men-filter tayangan televisi. Dan lebih
tegas dalam sensor serta keputusan tayang tidaknya tayangan televisi. Ini sudah
mulai berjalan. Semoga semakin baik kedepannya.
Sumber : Google |
Ingat,
jadilah penonton yang bijak.
#IDKS
Komentar
Posting Komentar