Mencintai Dalam Diam
Hallo.... :D
Picture by Mr. Google |
Lagi-lagi berbicara tentang cinta. Jika ditulisan
sebelumnya adalah tentang cinta yang hakiki kepada Allah, maka kali ini tentang
cinta kepada makhluk-Nya dalam batasan laki-laki dan perempuan.
Apakah berdosa jika ada seorang laki-laki
jatuh cinta kepada seorang wanita atau sebaliknya? Tentu saja ini tidak berdosa. Rasa cinta pada
lawan jenis itu adalah fitrah yang diberikan Tuhan pada umatnya. Bahkan manusia
paling mulia yakni Nabi Muhammad saw. juga jatuh cinta jatuh cinta kepada lawan
jenis sebagaimana manusia pada umunya. Pun juga para ulama, orang shalih, orang
suci dan yang lainnya, mereka juga jatuh cinta.
Lalu apa yang harus kita lakukan saat jatuh
cinta? Rasul menegaskan bahwa solusi dari jatuh cinta adalah menikahinya. Ini terjadi
ketika di zaman Rasul, ada seorang pemuda bernama Al-Mughits, ia jatuh cinta
pada seorang wanita bernama Bariroh. Ia mengadu kepada Rasul tentang perasaannya
itu. Lalu apa tindakan Rasul? Rasul merekomondasikan Bariroh untuk menikahi Al-Mughits.
Hal ini berarti bahwa solusi dari jatuh cinta adalah menikah.
صحيح
البخاري (16/ 332)
عَنْ ابْنِ عَبَّاس أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعبَّاسٍ يَا عَبَّاسُ أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ رَاجَعْتِهِ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي قَالَ إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ قَالَتْ لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ
عَنْ ابْنِ عَبَّاس أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعبَّاسٍ يَا عَبَّاسُ أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ رَاجَعْتِهِ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي قَالَ إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ قَالَتْ لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ
Dari Ibnu Abbas bahwasanya suami Bariroh adalah
seorang budak. Namanya Mughits. (setelah keduanya bercerai) Sepertinya
aku melihat ia selalu menguntit di belakang Bariroh seraya menangis hingga air
matanya membasahi jenggot. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Wahai Abbas, tidakkah kamu ta’ajub akan kecintaan Mughits terhadap Bariroh dan
kebencian Bariroh terhadap Mughits?” Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pun bersabda: “andai saja kamu mau meruju’nya kembali (menikah dengannya).”
Bariroh bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menyuruhku?” beliau
menjawab, “Aku hanya menyarankan.” Akhirnya Bariroh pun berkata, “Sesungguhnya
aku tak butuh sedikit pun padanya.” (HR. Bukhari)
Selain itu Rasul juga
menegaskan bahwa obat yang paling mujarab bagi dua orang yang jatuh cinta adalah
dengan menikah.
سنن ابن
ماجه (5/ 440)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
Dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami belum pernah melihat (obat yang
mujarab bagi ) dua orang yang saling mencintai sebagaimana sebuah pernikahan.”
(HR.Ibnu Majah)
Selain menikah ada solusi lain kah? Tentu ada. Bersabar pun juga banyak-banyak
berpuasa agar hati tetap terjaga.
Lalu apa boleh jika memendam rasa kepada orang
yang kita cinta? Nah, ini penting sekali dibahas. Sungguh mencintai dalam diam itu
sangatlah tidak dibolehkan apalagi dianjurkan. Secara sederhananya saja,
bagaimana bisa seorang muslim atau muslimah mencintai seseorang dalam hatinya
sedangkan sosok yang ia cintai belum tentu halal baginya. Banyak pihak yang
akan dirugikan disini. Tentu saja muslim/mah itu sendiri, karena setiap detik
harus ingat akan seseorang yang dicintai, setiap doa seakan mendikte Tuhan
untuk menyandingkannya dengan sosok yang ia cinta, setiap pikir terpusat pada
sosok yang ia cinta dan lain sebagainya. Tentu jika seperti ini sudah zina hati
namanya. Memang tidak ada orang yang tahu, tapi Allah Maha Tahu akan segala
hal.
Jadi kita harus mengungkapkannya? Bisa iya bisa tidak. Iya diungkapkan dengan
cara menikahinya, tidak diungkapkan untuk memacarinya. Bukan hanya bagi
laki-laki, seorang wanita pun sangat boleh jika mengutarakan keinginannya untuk
menikahi sosok yang ia cinta yang sudah jelas ke-shaleh-annya. Justru wanita
seperti ini adalah wanita yang tegas dalam mengambil keputusan, terhormat, tahu
jalan syar’i yang harus ditempuh, dan mulia karena ia tahu kepada siapa
ia harus berbakti. Sungguh ia benar-benar tahu apa yang harus dilakukan jika
jatuh cinta kepada lelaki shaleh. Seperti Sayyidah Khadijah, yang mengutarakan
maksudnya untuk menikahi Rasul melalui perantara pamannya. Tentu ini adalah
jalan mulia yang Sayyidah Khadijah tempuh, Ia tahu siapa yang layak menjadi
imamnya sehingga pada akhirnya manusia paling mulia itu menjadi suaminya, yakni
Rasulullah saw.
Nah, jadi yang namanya cinta jangan dipendam-pendam nanti
bisa mengotori hati dan berangan yang tidak-tidak. Seperti sabda Nabi;
صحيح
مسلم (13/ 124)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَشْبَهَ بِاللَّمَمِ مِمَّا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى
ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنْ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَزِنَا
الْعَيْنَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى
وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ
Dari Ibnu Abbas dia berkata; ‘Saya tidak
mengetahui sesuatu yang paling dekat dengan makna Lamam (dosa dosa kecil)
selain dari apa yang telah dikatakan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam: “Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla telah menetapkan pada
setiap anak cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan
tidak mungkin dihindari. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah
ucapan, sedangkan zinanya hati adalah berangan-anga dan berhasrat, namun
kemaluanlah yang (menjadi penentu untuk) membenarkan hal itu atau
mendustakannya.” (HR.Muslim)
Lagian masa iya sih suami atau istri nanti mendapat cinta
yang tidak suci murni hanya karena sebelum bersanding dengannya hati kita
terpaut pada lelaki atau wanita lain. Na’udzubillah ya..
Makanya yuk jaga hati kita supaya tidak kotor musabab
jatuh cinta yang tidak tegas dalam menyikapinya. :) Ingat semua akan indah pada waktunya. Masa iya sih tabungan belum waktunya
dibuka eh udah dibuka aja. Masa iya sih bunga yang saatnya belum dipetik eh
malah udah dipetik aja. Ya begitulah cinta. Penuhi tabungannya sampai masa membuka tiba. Siram dan rawat ia hingga tiba masanya untuk layak memetiknya. :) :)
Sekarang shaleh dan shalehahkan diri dulu. Jangan cinta-cintaan dulu. yang penting belajar dulu, berprestasi dulu, pun juga menginspirasi dulu. Akhir, perbanyak karya dulu. :) :)
Yogyakarta, 14 Juni 2015
--Salam Hangat.
Tulisan ukhti bagus. menurut saya bisa menggambarkan fell (rasa). pun juga disertai dasar hukum. gaya bahasa tidak berat. cuma menurut saya, alur pembangunan paragraf bisa lebih baik lagi, bisa lebih teratur dan runtut.
BalasHapuskembangkan dan pertajam gaya menulis ukhti. ini bagus. ciri khas seperti ini biasanya ada di buku terbitan pro u media atau rubrik oase di majalah suara Hidayatullah. mungkin bisa dicoba untuk mengirimkan karya.
salam