Blitar Journey #empat

-
Kota Blitar…
Pusara Bung Karno
 Makam Proklamator Ir. Soekarno


Masih di tanggal yang sama yakni 29 November 2015. Setelah menyusuri Museum dan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, kami berlanjut menuju makam Bung Karno yang tak seberapa jauh lokasinya dari perpustakaan.

Berjalan menuju makam, kami melewati sebuah gong besar sekali. Gong ini juga ada di Jogja, yakni Gong Perdamaian.

Gong Perdamaian (Yang baju batik; Pustakawan UPT PBK)

Saat jalan; tak sengaja tampak olehku bunga kemuning yang begitu cantik. Aku tertarik. Dan pada akhirnya kuabadikan juga ia dalam kamera ponselku. 
 
Kemuning; cerah secarah hati ini hehe
Memasuki pelataran makam Bung Karno; tampak ramai sekali masyarakat yang sedang berkunjung bahkan ada juga yang rombongan, biasanya kalau seperti ini wisata religi. Kami istirahat sejenak dan duduk dibawa pohon. Kedua bola mataku menatap bendera Ibu Pertiwi; bendera Merah Putih yang begitu gagah berkibar-kibar oleh angin. Entahlah, setiap kali menatap bendera Merah Putih itu, jiwaku menggebu pun juga mengharu biru. Rasa nasionalisme mengalir deras.
Dimanapun; rasa nasionalisme akan tetap terus menggelora.
Tak berlama-lama, segera kami turut serta hanyut dalam doa bersama masyarakat yang sedang mengitari pusara Bung Karno. Begitu seterusnya hingga kami rasa cukup.
 
Masyarakat sedang mendoakan Bung Karno
Usai dari makam Bung Karno, kita keluar dengan melewati pasar dimana pasar tersebut menjual beraneka macam oleh-oleh khas Blitar. Beragam sekali, tak mungkin kusebut satu persatu.





Titik. Sampai disini. Gimana wisata selanjutnya? Next Story hehe

Yogyakarta, 4 Desember 2015.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Sudut Kota Jogja Itu Romantis

-
Gambar
Hello guys... :) www.lintas-online.com   Ya, judul itu terinspirasi oleh kata-kata pak Anies Baswedan yang menggambarkan Jogja dengan keromantisan. Jika kau berada di Jogja tentu sudah barang tentu sepakat dengan istilah diatas. Dan hati-hati jika ingin belajar, bekerja, atau pun sekedar jalan-jalan ke Jogja khususnya bagi para luar Jogja, pikir dulu matang-matang, yakin atau tidak ingin menjejakkan kaki ke Jogja. Karena resikonya besar sekali, yakni “GAGAL MOVE ON”. Iya gagal move on dari kota Jogja dengan sejuta keindahannya. Fakta membuktikan, banyak pelajar perantau yang ketika sudah selesai masa studinya dan harus kembali ke kampung halamannnya di luar Jogja, tetapi apa yang terjadi? Kebanyakan dari mereka sudah terlanjur jatuh cinta sehingga status-status galau akan Jogja pun bermunculan. Kangen Jogja. Pengen ke Jogja lagi. Kangen sambel mbak sari (warung makan). Pengen angkringan cinta (angkringan : nasi kucing, gorengan, wedang jahe, dll). Kangen makan di Burj...
Baca selengkapnya

Jatuh Hati Padamu. Iya Kamu “Jurusan Ilmu Perpustakaan”

-
Gambar
Jatuh Hati Padamu. Iya Kamu “Jurusan Ilmu Perpustakaan” Yah. Ini secuil kisah tentang perjalanan yang harus kuarungi ketika menjemput impianku. Tepatnya impian untuk study di Jurusan Ilmu Perpustakaan. Bermula ketika Aliyah . Kebetulan aku menuntut ilmu di salah satu Pesantren Modern di Medan, Sumatra Utara. Aku ingat betul kebimbangan yang sempat menghinggapi hatiku saat itu, saat kelulusan hendak melanjutkan ke bangku kuliah. Jujur saja, setahun sebelum kelulusan itu, aku sudah mempersiapkan akan kemana kaki ini melangkah, entah kenapa aku tertarik dengan Yogyakarta dan kampus UIN SUKA pula. Tak buang waktu aku segera bertanya banyak hal kepada kakak kelas dulu yang sedang kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Waktu itu aku hanya tahu Jurusan Ilmu Perpustakaan via internet dan bertanya saja, namun entah kenapa aku jatuh hati padanya “Jurusan Ilmu Perpustakaan.” Tak terbayangkan, jika harus berkecimpung dengan banyak buku setiap hari. Ini lah ...
Baca selengkapnya

Gadis Semata Wayang

-
Gambar
--Bismillah... Ya, ini hanya secuil tentang gadis semata wayang (karena hanya perempuan satu-satunya di keluarga selain Ibu hehe) yang kini tengah menghabiskan sebagian harinya sebagai Pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta. Yogyakarta akan menjadi saksinya; titik kedua perjalanannya setelah mengarungi lautan ilmu di sebuah pesantren modern di Medan, Sumatra Utara. Rima Esni Nurdiana, itulah nama pemberian orang tuanya. Rima Esni Nurdiana lahir di ujung Sumatra bernama Takengon, Aceh Tengah pada tanggal 8 Mei 1995, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Kehidupan masa kanak-kanak ia habiskan di sebuah desa hingga akhirnya ia harus pergi meninggalkan kampung halaman tercinta untuk menuntut ilmu. Ingin hati menuntut ilmu di Pesantren Modern Banda Aceh. Namun ingin hati Ayahanda dan Ibunda gadis semata wayang ini menuntut ilmu di Medan, Sumatra Utara. Akhirnya dengan berbekal niat dan doa kedua orangtua, gadis semata wayang ini pergi...
Baca selengkapnya