A Water Castle-nya Jogja: Taman Sari
Hallo…. :D
Ini dia Danaunya | Taken by Me |
Well…
Sudah hampir tiga tahun hidup di Jogja tapi baru dolan-dolan ke Taman Sari tanggal 8 Januari 2016. Selama tiga tahu
kemana saja ya? Hehe Selama tiga tahun ini hanya dilewati saja hihi Sejujurnya
sejak dulu bukan tak mau, tetapi selalu saja enggak bisa main ke Taman Sari
hehe
Oh
iya, namanya memang Istana Air Taman Sari tapi secara umum yang kudengar warga
ataupun pendatang di Jogja menyebutnya secara singkat saja “Taman Sari”. Letaknya
cukup mudah dijangkau yakni di Jl. Taman, Kraton, Yogyakarta. Hemm tidak begitu
jauh dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Alun-alun Utara dan Malioboro. Biasanya
para wisatawan luar Jogja yang sedang menelusur Malioboro sekalian mampir ke
Taman Sari dengan naik Delman atau Becak. Kalau naik becak biayanya sekitar
Rp5000,- kata seorang teman dan jika harga masih tetap sama.
Berbicara
mengenai sejarahnya; Taman Sari ini dulunya adalah tempat rekreasi keluarga
kerajaan serta digunakan sebagai benteng pertahanan oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I. informasi tambahan dari artikel, Taman Sari ini memiliki 4 kompleks.
Kompleks pertama;
Danau buatan yang terdiri dari Pulo Kenongo, Pulo Cemethi, dan Sumur Guling.
Kompleks kedua;
Ada bangunan-bangunan yakni Gedhong Gapuro Hageng, Gedhong Lopak-Lopak
(Gopok-gopok), Umbul Pasiraman (Umbul Binangun), Gedhong Sekawan, Gedhong Gapuro
Panggung, dan Gedhong Temanten.
Kompleks ketiga;
Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati.
Kompleks keempat;
Jembatan Gantung dan Kanal.
Aku
juga berdiskusi dengan teman wisataku. Bahwa dulu Taman Sari ini digunakan
sebagai tempat pemandian keluarga kerajaan. Karena memang, Taman Sari ini masih
bagian dari Keraton.
Oh
iya, saat memasuki wisata ini ada biayanya. Tidak mahal memang, namun saya lupa
hehe Dan perlu diingat ketika membawa kamera DSLR atau lainnya akan dikenakan
biaya tambahan.
Aku
takjub saat memasuki kawasan Taman Sari ini. Udaranya sejuk dan tenang. Namun perlu
dikabarkan juga bahwa, air kolamnya tidak selalu jernih. Dan beruntunglah aku,
karena berkunjung saat air kolamnya begitu jernih. Alhamdulillah… :)
Nah,
selain keindahan kompleks-kompleks di Taman Sari, ada satu hal yang tak boleh
terlewat yakni masjid bawah tanah. Ini juga masih di Taman Sari. Untuk menuju
kesana, kita harus keluar kompleks Taman Sari dulu dan berjalan kaki melewati
rumah-rumah dengan jalan yang tidak begitu luas tetapi sepanjang jalan ;
perumahan warga begitu rapi dan bersih.
Masjid Bawah Tanah |
Kembali
bicara mengenai Masjid bawah tanah. Mendengar kata ‘bawah tanah’ pasti sudah
terpikir bahwa untuk menuju kesana kita harus turun tangga; berjalan di
terowongan panjang yang nantinya akan mengantarkan kita pada masjid bawah
tanah. Berhubung tidak ada guide yang membimbing maka informasi mengenai masjid
bawah ini kucari dengan membaca artikel (duh jiwa literate-nya keluar hihi).
Dalam
artikel yang kubaca, masjid bawah tanah ini dibangun di bawah tanah agar suara
muadzin dan khatib terdengar ke seluruh penjuru masjid. Bentuknya melingkar dan
setiap lantainya ada mihrab untuk pembatas antara imam dan jamaah. Sedang di
tempat imam berdiri, dibawahnya ada sumur yang dikeliling lima tangga. Lima
tangga ini melambangkan rukun Islam yang lima. Masha Allah…
Masjid
bawah ini tidak pengap. Karena bagian atapnya terbuka alias tidak ada
penghalang dan disetiap dinding yang mengelilingi ada ventilasi sehingga cahaya
bisa masuk menerangi seantero masjid.
Bukan
hanya Istana Air Taman Sari saja yang dilirik wisatawan mancanegara, tetapi
masjid bawah tanah ini juga.
Oh
iya, satu hal lagi. Ternyata ada juga yang melakukan foto pre-wedding di masjid
bawah tanah ini. Kebetulan saat itu si mbak dan mas pegantin sedang foto-foto
di lorong masjid. Nah, ini nih yang sudah siap ijab qabul dan menggelar resepsi
pernikahan atau walimatul ‘ursy boleh
juga foto pre-wedding eh post-wedding di lorong masjid bawah
tanah Taman Sari ini. :)
“Perjalanan
wisata bukan hanya memenuhi hasrat ‘butuh piknik’ semata tetapi pada dasarnya
memenuhi hak akan ‘pikiran’ untuk mendapatkan asupan pengetahuan dan memenuhi
hak akan ‘hati’ untuk terus bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan beri.”—Rima
Esni Nurdiana.
#MuslimahTraveler #TravelerBlogger
.
.
Yogyakarta, 8 Januari 2016.
Photos;
Setelah melewati pintu akan disambut dengan hal ini |
Foto narsis; cekrek hehe |
Lewat rumah warga menuju lokasi Masjid bawah tanah |
Lewati anggrek juga yang selalu bikin saya jatuh cinta :) |
Komentar
Posting Komentar