Lelaki Idaman itu; Ku panggil ia ‘My Prince’
Taken Pict by abiummi.com |
Semakin
jauh jarak yang memisahkanku dengannya membuat aku semakin banyak menyadari bahwa cintanya benar-benar tulus. Dengan segala
kasih dan sayangnya yang selalu tercurah membuat aku terharu saat merinduinya. Apalah
daya ketika jarak menjadi raja antara aku dengannya.
Wahai
lelaki idamanku, aku bahagia terlahir sebagai putri kecilmu dan entah harus
bagaimana aku berterimakasih atas semua yang telah kau berikan dan lakukan
untukku. Aku sadar sekali, apa pun yang kulakukan takkan bisa menggenapkan
baktiku kepadamu tapi aku selalu berusaha untuk selalu membahagiakanmu.
Lelaki
idamanku yang kupanggil dengan sebutan My Prince, kau adalah sosok Ayah yang
sangat luar biasa. Sejak aku terlahir ke
dunia dari rahim seorang wanita berhati mulia yang ku panggil Ibu, kau sudah
menimangku. Aku tau, saat itu bahkan hingga detik ini pun kau sangat bahagia
atas kehadiranku. Dan dengan kehadiranku, kau semakin banyak bekerja keras agar
aku selalu merasa bahagia.
Saat
usiaku kanak-kanak, kau mengajariku naik sepeda. Denganmu, aku bebas menembus
batas ketakutanku. Dengan kesabaranmu, akhirnya bisa naik sepeda meski entah sudah berapa kali aku terjatuh
dari sepeda merahku itu. Ya, aku bisa karena kau selalu meyakinkanku bahwa aku
bisa. Aku tertawa kegirangan, kau peluk aku dalam dekap hangatmu.
Beranjak
remaja, dengan tegas kau mengantarkanku menuntut ilmu di sebuah pesantren yang
jauh dari rumah. Saat itu tekadku bulat ingin menjadi santri. Dengan segala
upayamu Ayah, aku sekolah di pesantren modern. Saat itu hanya kau seorang yang
mengantarku berjihad dengan penaku. Ada embun di bola matamu saat akan
meninggalkanku di pesantren dan tahukah kau aku juga terharu dengan semua
nasehat yang kau tuturkan Ayah. Kutahan tangisku yang hendak tumpah, aku tak
ingin tampak cengeng dihadapanmu. Dengan besar hati aku coba tetap tersenyum. Saat
itu aku terus menatap kepergianmu hingga hilang diujung gerbang pesantren. Saat
itu aku benar-benar pilu namun untuk membahagianmu saat itu adalah dengan
belajar sungguh-sungguh di pesantren. Hitungan tahun, akhirnya aku diwisuda. Namaku
dipanggil dan toga itu pun digeser. Aku bahagia kau dengan wanita berhati mulia
yang kusebut Ibu hadir dalam wisudaku. Kado terindah yang kuberi adalah hasil
dari belajar selama hitungan tahun di pesantren dimana dengan prestasi yang kudapat
serta pengabdianku kepada pesantren. Kulihat binar-binar kebahagian dari bola
matamu. Apa yang sudah kuraih dan membuat semua orang bangga adalah hasil dari
perjuanganmu juga Ayah. Ketahuilah, putrid kecilmu bisa tumbuh menjadi
santriwati yang baik itu tentu juga karenamu.
Beranjak
semakin dewasa, sayap kecilku mengepak semakin lebar dan terbang semakin jauh. Kini
bukan hanya berbeda dari Aceh dan Medan tetapi berbeda pulau. Dengan sayap
kecilku, aku melanglangbuana ke kota pelajar. Kali ini, kulihat embun begitu menggumpal
di bola mata Ayah dan Ibu. Kali ini pelukanmu semakin dalam, ada gemuruh yang
kudengar dari dadamu. Meski kau tak pernah menangis secara jelas didepanku tapi
kutahu kau diam-diam menahan tangis dihatimu. Semakin jauh kau melepas putrid kecilmu
ini untuk menuntut ilmu. Melepas didepan rumah adalah hal yang ku mau agar kau
tak repot-repot mengantarku. Aku tahu biayanya tak sedikit karena jaraknya juga
semakin jauh, maka dengan kamandirian yang kau ajarkan aku urus semuanya
sendiri hingga aku tiba di Jogja dan bisa berkuliah serta menjalani banyak
aktivitas hingga detik ini.
Dengan
jarak yang semakin merajai, hanya bisa kudengar suaramu diujung pulau. Kukabarkan
semua kesibukanku disini juga beberapa foto putri kecilmu yang semakin tumbuh
dewasa ini. Tahukah Ayah, putri kecilmu sedang berjuang untuk membahagiakanmu.
“Sejauh apapun
sayap ini mengepak, pada akhirnya akan tetap kembali berpulang pada rumah yang
ia tinggalkan untuk waktu yang tak terhitung.”
Ayah,
terimakasih untuk segala hal yang begitu indah. Aku bahagia menjadi putri kecilmu.
Seperti pesan-pesan indahmu, akan kusiapkan lagi kado spesial untukmu. Prestasi
yang membanggakanmu juga mungkin lelaki yang tak kalah hebat darimu. Namun kau
tetap pangeran di hatiku selamanya, Ayah. Tak akan tergantikan.
Putri
kecilmu di tanah rantau selalu merindukanmu dan selalu mengirim doa terindah
untuk kebaikanmu.
Ayah,
terimakasih atas kemandirian dan ketangguhan dalam hidup yang kau ajarkan. Dengan
itu semua putri kecilmu bisa tumbuh menjadi perempuan tangguh yang berkarakter
dan selalu belajar menjadi shalehah dan cerdas. Seni seviyorum Ayah. :* :*
Jogja, 30 April 2016.
Kutulis penuh cinta untuk lelaki idamanku; Ayah.
Komentar
Posting Komentar