“Festival
Jajanan Bango”
--Lestarikan
Kuliner Nusantara
Hai.. Hai…
:D
Alhamdulillah.. Segala puji hanya
bagi Allah. Dia Yang Maha Kasih dan Maha Sayang. Salah satu bentuk kasih
sayang-Nya adalah masih membiarkan diri ini menghirup pagi yang indah di Minggu
yang cerah penuh berkah.
Hemmm… tiba-tiba seperti ada aroma
berbagai makanan dari Barat sampai Timur. Eh? Hehe padahal jauh loh jaraknya.
Ceritanya begini….
Sister Inggi datang dan bercerita
kalau ada Festival Jajanan Bango di Mandala Krida. Ah tidak jauh, pikirku.
Jadilah kami berangkat saat itu juga, setelah bersiap-siap tentunya.
“Ntar ambil tongsis dulu deh.” Kata
sister Inggi.
“Oke.” Jawabku singkat.
Setelah itu kami bergegas menuju
Mandala Krida. Wuuuiiiihhh ramainya, pikirku. Ya memang ramai sekali. Momentnya
tepat. Di hari Minggu. Hari dimana keluarga maupun yang belum berkeluarga jalan
bersama, liburan.
Sebelum memasuki area festival, para
panitia acara membagikan kipas dan kupon berhadiah kepada pengunjung. Di kupon
tertera enam stempel. Jika membeli 1 porsi makanan utama maka akan mendapatkan
satu stempel. Untuk 2 stempel berhadiah Bango Bacem (Ini sangat penting bagi
Ibu-ibu rumah tangga yang doyan masak hehe), 3 stempel berhadiah sendok Bango,
untuk 4 stempel berhadiah mangkok cocol Bango, untuk 5 stempel berhadiah tempat
makan Bango, dan untuk 6 stempel mangkok melamin Bango atau sendok garpu set.
Yah cukup menarik lah. Apa lagi yang turut berpartisipasi dari berbagai usia.
|
Dapat juga; Kipas plus kupon :D |
Kali ini kami menjelajah dari kuliner
terbaik Barat dulu. Ada Bungong Joempa (Makanan khas Aceh), Lontong Sayur Uda
Uni, Sate Padang Cak Sharil, Pempek Ny. Kamto, Pempek Tekwan Mang Ilir, Pempek
Faras, Raja Sabi Lontong Sayur Khas Aceh, RM. Minang Surya Khas Aceh Pidie,
Yamie Panda, dan Ayam Tangkap.
“Itu, kalau kamu rindu makananmu.”
Tunjuk sister Inggi ke kuliner Mie Aceh Sabang yang menjadi Legenda Kuliner.
“Ah, lagi pengen nyoba makanan
Timur.” Jawabku.
Berhubung sebulan sekali pasti selalu
menyantap makanan khas Aceh, jadi kali ini ingin mencoba makanan Timur.
Perjalanan berlanjut ke kuliner
terbaik Tengah. Ada Soto Sulung Tugu, Bakso Paru Kumpeno, Tahu Teloepat
Magelang, Bakmi Jowo Pak Rebo, Ketoprak Jakarta, Tahu Gimbal Telor Si Mbok,
Ayam Pedas Artomoro, Wm. Kaganangan, Sate Klatak Pak Pong, dan Warung Special
Sambal. Ah unik-unik sekali. Tapi yag paling penasaran itu dengan Ketoprak
Jakarta, Dari namanya saja sudah unik. Hehe
Nah, sekarang saatnya ke kuliner
terbaik Timur. Ada Coto Makassar Lakapila, Ayam Taliiwang, Warung Makan Bu Ning
Rasa Sayange (Inget Komika Abdur Kompas TV: Aduh mama sayange.. hehe), Nasi Kuning
Ternate, Ayam Betutu, Nasi Campu Bali, Dapu Sup “Iwak Pari”, Nasi Jinggo Mas
Putro, Kedai Kita Café Resto Sop Konro, dan Ayam Rica Rica Fadhil. Wah unik
semua. Tak heran, kan memang belum pernah makan makanan Timur.
Oke, saatnya mengantri “Nasi Kuning
Ternate”. Ya, semua harus antri karena pengunjungnya sangat banyak.
Cukup lama mengantri akhrinya ‘Naskuter’
alias Nasi Kuning Ternate sudah ditangan. Terdiri dari ikan (entah apa
namanya), telor sambal, kentang kering sambal, sambal, mie, ikan yang sudah
dihaluskan seperti serundeng, dan nasi kuning tentunya. Hanya dengan Rp15.000,-
sudah bisa disantap. Nyummmiiiiii….. :)
Minumnya cukup air mineral saja plus
Buavita.
Selain menu utama, dalam Festival
Jajanan ini juga ada Kuliner World Street Food Congress; Ayam Taliwang, Gudeg
Yu’ Nap, dan Kupat Tahu Gempol. Selain itu juga ada Legenda Kuliner, sepert Mie
Aceh Sabang, Mie Koclok Mas Edi Cirebon, Lontong Balap Pak Gendut Surabaya,
Tengkleng Klewer Bu Edi Solo, Sate Klatak Mak Adi Yogyakarta, Nasi Pindang Pak
Ndut, Tahu Tek Telor Cak Kahar Surabaya, Sate Jamur Tiram Cak Oney Yogyakarta,
Oseng-oseng Mercon Bu Narti, dan Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih. Nah untuk
minumannya ada Coconut Eskrim, Minke Experience, Es Dawet Ijo, Alpukat Keruk,
dan Dapur Mpok Duren.
Ngomong-ngomong Dapur Mpok Duren ada
suatu hal yang bikin haru. Ada sepasang kakek dan nenek, berdua, mengantri di
Dapur Mpok Duren. Disela-sela antrian yang cukup panjang, mereka bertingkah yang
membuat para single mugkin sedikit berdecak kagum, hehe
“Liat tu, mungkin nanti kalau udah
tua gitu juga kali ya. Narsis.” Ucap mbak Inggi disela menyantap Ayam Rica
Rica.
“Ah, romantis gitu, Mbak.” Jawabku
sekenanya sembari melihat kakek dan nenek yang tengah asyik ber-selfie ria,
berdua. Iya berdua lho. :)
Banyak juga hikmah yang bisa diambil
dari minggu penuh berkah ini. Bahwa mengenalkan kuliner Nusantara pada generasi
muda itu penting. Kenapa? Supaya mereka tetap cinta kuliner tanah air tercinta
meski banyak kuliner dari berbagai negara yang sudah menjajah tanah air
tercinta. Selain untuk mengenalkan kuliner Nusantara, moment berlibur bersama keluarga akan lebih hangat. Karena yang
biasanya kedua orang tua sibuk di kantor atau kerja lainnya, saat libur bisa
menghabiskan waktu bersama keluarga.
Selain itu ada hikmah istimewa
lainnya. Sepasang kakek dan nenek yang mengajari kita bahwa, cinta bukan hanya
saat muda, tetapi cinta akan tetap ada sampai tua. Cinta akan tetap ada meski
kulit sudah mengeriput dan tak muda, cinta akan tetap ada meski rambut sudah
memutih dan usia semakin menua. Karena cinta yang benar-benar cinta adalah
tetap akan selalu bersemi sejak dulu, kini, dan nanti. Cinta yang benar-benar
cinta adalah yang selalu setia bersama dalam segala kondisi. Dan cinta yang
benar-benar cinta akan semakin kokoh dalam hati karena ketulusan dari setiap
keduanya, ketulusan yang juga bersumber dari relung hati.
Tuh kan, apa dibilang. Pacaran
setelah halal (baca: menikah) pasti jauh lebih indah dan romantis tis tis tis
tis, hehe… Berbuah syurga lagi, Insya Allah.. Eh? hehe
Jadi, segala sesuatu karena cinta.
Cinta yang selalu mem-bersama-i kemanapun kaki ini melangkah dan berpijak dalam
memantapkan diri menjadi Muslimah yang indah akhlaknya, teduh parasnya, brilian
otaknya, hebat kontribusinya, banyak inspirasinya. Eh? Loh? Hehehe Aamiin…. :)
|
Suasana di Gerbang Festival |
17 Mei 2015, Yogyakarta.
--Kota Wisata
“Selalu ada cerita”
Komentar
Posting Komentar