Kembali ke Blitar; Aku Datang….


Nationalistic-Patriotic | Taken pict by Photographer
Ini adalah kali kedua aku menjejakkan kaki ke Blitar dengan agenda yang sama yakni membawa tugas organisasi. Namun tujuan kegiatan bukan lah Blitar, tetapi Malang. 

Sabtu, 27 Februari 2016 Aku bersama sebelas anggota ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan lainnya melakukan perjalanan dari Jogja menuju Blitar. Saat itu, pada pukul tujuh pagi kami sudah tancap gas. Dengan mobil Elf Travel kami melakukan perjalanan melewati Klaten-Solo-Ngawi-Madiun-Nganjuk-Kediri-Blitar.

Saat melewati Ngawi, aku terpukau. Entah kenapa rasa itu masih ada, seolah rindu yang lama sudah kugulung kembali terbentang. Rindu pada Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Ngawi. Kulihat para santriwati dengan jilbab menutup dada dan baju kurungnya sedang ro’an (bebersih) di teras pesantren. Ah rinduuuu…..

Udah lah kembali ke perjalanan, nanti bisa melow hehe

Setelah Ngawi, kami melewati Madiun. Kata seorang teman, Almer namanya. Madiun itu kota gadis. Jujur aku kaget bukan main. Penasaran juga kenapa Madiun disebut ‘Kota Gadis’. Bayangan dan penafsiranku entah sudah terbang kemana saja; apa karena banyak anak gadisnya di kota itu atau bagaimana? Padahal disebut Kota Gadis karena Madiun adalah kota perdagangan dan industri. Selain dijuluki sebagai Kota Gadis, Madiun juga dikenal sebagai Kota Pesilat. Hal ini kutahu dari Almer. Benar juga sih, karena disepanjang jalan aku melihat tugu-tugu perguruan silat tak hanya satu perguruan tetapi banyak. 

Oke, setelah kami menikmati perjalanan yang lumayan lama, tepat sekitar pukul dua siang kami tiba di Blitar. Kami beristirahat di rumah Almer yang berada tepat di depan Istana Gebang yang beralamat di Jl. Istana Agung No.69, Senan Wetan, Blitar, Jawa Timur. Istana Gebang ini letaknya tidak begitu jauh dari Makam Bung Karno. Namun untuk Makam Bung Karno tidak dibahas karena sudah pernah kutulis saat edisi Blitar Journey

Sebelum memasuki Istana Gebang, kami tunaikan shalat dzuhur terlebih dahulu. Selepas itu kami makan siang dengan menu yang sangat disukai teman-teman Sate Madura ala Blitar yang sudah disiapkan mama Almer juga ditambah dengan minuman segar Es Kelapa Muda. Alhamdulillah.. Rezeki anak shaleh dan shalehah hehe

Usai makan, kami segera menyebrang jalan menuju Istana Gebang. Meski gerimis rintik-rintik masih tetap berjatuhan. Ya, rumah teman kami Almer ini memang persis berhadapan dengan Istana Gebang. Jadi tinggal sebrang jalan saja sudah sampai hehe

Istana Gebang; 

Istana Gebang merupakan rumah orang tua Bung Karno dan semasa remaja Bung Karno (Sang Proklamator) pernah tinggal di Istana Gebang ini. 

Almer memandu kami dengan sedikit banyak bercerita tentang Istana Gebang. Kami menyusuri semua sudut ruangan disana dan memasukinya tanpa harus membayar karena memang gratis. 

Di teras Istana Gebang ada pohon Bringin yang tinggi besar menjulang, ada gong perdamaian, dan ada tiang dimana bendera merah putih berkibar gagah segagah patung Bung Karno dengan tangan kakan beliau keatas dan tangan kiri memegang tongkat komando. 

Patung Bung Karno | Taken by Me

Memasuki Istana Gebang yang letaknya agak menjorok dan halamannya begitu luas, aku merasa seperti memasuki rumah klasik yang sangat bagus dan tentu kenangan akan sosok Bung Karno berterbangan. Dari perabotan-perabotan zaman dulu dan segala macam barang yang ada di rumah tersebut cukup jelas menggambarkan kehidupan sederhana keluarga Bung Karno. Benar-benar teladan dan patut ditiru kita semua termasuk pejabat-pejabat kita. 
Ruang Tamu | Taken pict by didisadili.blogspot.com
Menyusuri ruang demi ruang, mulai dari ruang tamu, ruang tidur, dapur, hingga garasi mobil. Di garasi mobil terdapat mobil-mobil antik zaman dahulu. Cukup unik dan elegan. Selain itu, banyak juga didapati foto-foto dan dokumentasi tentang Bung Karno yang masih terjaga dengan baik di Istana Gebang ini.

Oh iya, disebelah kanan rumah utama ada Balai Kesenian yang dulunya sering digunakan sebagai tempat berkespresi para seniman disana. Selain itu ada bangunan rumah juga disebelah kiri bangunan utaman. Bangunannya klasik dan elegan. Sukak hehe Oh iya, kata neneknya Almer, ada hari-hari tertentu di Balai Kesenian juga sering digunakan para remaja disana untuk berlatih gamelan atau kesenian lain. Selain itu disetiap pagi akan diputar lagu-lagu kebangsaan atau pidato Bung Karno. Pantas saja teman kami Almer tumbuh dengan jiwa nasionalismenya yang tinggi, lha wong setiap pagi dengarnya lagu kebangsaan, hehe. Baguuuussss..
Tempoe Doeloe | Taken by Photographer +Samantha Hidaya 

Nah, jadi saat ke Blitar selain mengunjungi Perpustakaan Bung Karno dan Makam Bung Karno sangat recommended juga untuk berkunjung ke Istana Gebang ini.

Blitar; Kota Patria
 
Taken pict by umiyuliani99.blogspot.com
Kota Lahar dan Kota Proklamator ini mengajarkan banyak hal kepadaku. Nuansa nasionalisme dan semangat juang masyarakatnya sangat kental kurasakan disini. Sebagai pewaris Aryo Blitar, pewaris Soeprijadi, dan pewaris Soekarno yang nationalistic-patriotic menyadarkan masyarakat Blitar itu sendiri untuk terus menggelorakan dan melestarikannya sebagai modal pembangunan di masa depan. Hal ini juga yang ternyata melatarbelakangi muculnya nama Kota Patria sebagai semboyan kota Blitar. Kata ‘Patria’ tersusun dari kata PETA yang diambil dari kisah legenda Soedanco Soeprijadi yang pada saat zaman penjajahan Jepang memimpin pemberotakan satuan Pembela Tanah Air (PETA). Selain itu kata ‘Patria’ juga diambil dari kata Tertib, Rapi, Indah, dan Aman. Namun ada yang lain lagi, kata ‘Patria’ itu juga mengandung makna “Cinta Tanah Air’ didalamnya. Sehingga dengan kilas balik sejarah yang ada mengenai nama Kota Blitar dengan semboyan Kota Patria akan terbayang semangat nasionalisme yang begitu kental.
 
Taken pict by kimkentongan.blogspot.com
Mungkin selain nuansa nasionalisme, ada hal lain yang perlu kuulas tentang Blitar. Blitar kota yang terbilang tertib, rapi, indah, dan aman. Hal ini benar apa adanya. Sebagai pendatang aku juga kami merasa nyaman berada di Blitar.  Lalulintasnya yang tertib pun juga penanaman cinta akan budaya yang masih kental. 

Di Blitar tak kutemu mal-mal besar apalagi bioskop. Ternyata memang ditiadakan agar tetap menjaga tingkat konsumtif masyarakatnya. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah Kota Blitar dan diterima oleh masyarakatnya. Sehingga ini berdampak baik pada perekonomian masyarakatnya yang tetap terjaga.

Yah, begitulah.. Ceritaku tentang Blitar..

Mungkin bukan hanya nuansa nationalistic-patrioticnya yang kurindukan tetapi juga rintik hujannya yang selalu menyambutku saat tiba disana hehe

Cerita di hari Sabtu, 27 Februari 2016.
Ditulis;
.
.
Yogyakarta, 20 Maret 2016.

Photos;
Istana Gebang | Taken pict by visitblitar.com
Kunjungan pertama ke Istana Gebang
Apa yang kau rindukan hehe | Taken pict by Photographer +Samantha Hidaya 
Abaikan yang sibuk berfoto ria dibelakang hehe | Taken pict by Photographer +Samantha Hidaya 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lelaki Hebatku, Terimakasih untuk Semua Rasa Cemburu yang Kau Berikan.

Grojokan Sewu: Tawangmangu