Romantisme Kabut di Gunung Andong 1.726 Mdpl
Pagi hari berteman kabut |
“Galilah keindahan lain
dari hamparan kabut. Karena kabut tak selamanya menjenuhkan” – Rima Esni N-
Mendaki itu seperti candu, jika sudah
mendaki satu gunung rasanya ingin terus mendaki gunung-gunung lainnya. Begitu
kira-kira yang juga kurasakan. Rasanya jangan hanya Gunung Lawu, pasti masih
banyak keindahan gunung yang lainnya juga. Jadilah bersama team “Mendaki
Tipis-tipis” kami merencanakan untuk melakukan pendakian lagi di salah gunung
di Jawa Tengah. Memilih yang paling dekat dengan Jogja karena berhubung anggota
team banyak yang sudah sibuk bekerja maka hanya mendapat jatah libur terbatas.
Awalnya kami merencanakan pendakian
ke Gunung Merbabu, tapi setelah melihat berita ternyata Gunung Merbabu tutup
sampai waktu yang tak ditentukan karena cuaca sedang tak baik untuk mendaki.
Kemudian kami memilih Gunung Sumbing, tapi ternyata setelah melakukan pertimbangan
cuaca dan waktu pendakian akhirnya berujung dengan mendaki Gunung Andong di
hari sabtu-minggu, 19-20 Januari 2019. Oke, tunggu ya Merbabu dan Sumbing,
pasti kemudian hari akan kudaki. Pasti dan harus hehe
Jogja – Magelang
Kami berangkat dari Jogja pada hari
sabtu pukul 14.00 WIB dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan dari Jogja
menuju Magelang masih berteman cerah. Kemudian ketika sudah dekat dengan daerah
Ngablak dimana Bascamp Sawit berada, rintik hujan yang lumayan membuat basah
menemani sampai tiba di Bascamp Sawit. Ya, kami memilih jalur Bascamp Sawit karena setelah
membaca berbagai informasi jalur ini yang paling populer.
Kami tiba di Bascamp Sawit sekitar
pukul 17.00 WIB. Segera memarkir motor, sholat di masjid yang kebetulan dekat
dengan tempat parkir. Kemudian mendaftarkan team sekaligus membayar retribusi.
Setelah dirasa semua urusan terkait retribusi selasai kami segera mendaki.
Bascamp – Pos 1
Team Mendaki Tipis-tipis personil sedang tak lengkap hehe |
Hari semakin senja. Semakin dekat dengan waktu maghrib. Tapi kami tetap memilih mulai mendaki saat itu juga. Karena selalu merasa lebih nyaman mendaki saat hari masih terang. Alasannya lebih bisa menikmati keindahan saat pendakian. Harusnya masih sedikit cerah ya menjelang senja, tapi karena ini musim hujan dan kabut sudah membersamai sejak di bascamp maka suasana menjadi sedikit redup.
Kami terus
berjalan dari bascamp. Masih melewati rumah-rumah warga yang kebanyakan
dijadikan rumah singgah para pendaki. Kemudian berjalan menurun dan sedikit
menanjak ditemani dengan hamparan pemandangan indah sayur-mayur milik warga.
Mulai dari brokoli, kobis, pucuk jipang, dan lain sebagainya. Kemudian kami
tiba di gapura selamat datang pendakian Gunung Andong via Bascamp Sawit.
Jalan menuju
pos 1 sudah menanjak dengan jalanan tangga berpaving. Ya sudah barang tentu berjalan
dengan tangga dan berpaving pula itu lebih menguras tenaga dan terasa lebih
berat dibanding dengan trek yang sama menanjak tapi jalanan dari tanah. Terus
berjalan, akhirnya kami tiba di pos 1.
Pos 1 – Pos 2
Tiba di pos
1 kami istirahat sejenak. Sekedar mengatur nafas dengan santai serta minum.
Kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju pos 2. Oh ya, vegetasi menuju pos 2
sama dengan saat menuju pos 1, masih dengan pohon cemara. Dan belum ada sumber
air dari pos 1 sampai pos 2 ini. Sehingga pemandangannya pun sama dengan jalan
menuju pos 1 tadi. Tak berapa lama, kami tiba juga di pos 2. Memang agak cepat
sampai karena kami juga jarang istirahat. Istirahat lebih sering saat tiba di
pos-pos.
Pos 2 – Pos 3
Tiba di pos
2, kami lanjut jalan menuju pos 3. Vegetasi menuju pos 3 sudah berubah, semacam
tumbuhan ilalang dengan trek yang masih sama yakni banyak nanjaknya. Kemudian
kami sampai di pos 3. Awalnya enggak ngeeeh kalau ini pos 3 karena gubuk yang
menjadi tempat-tempat istirahat di setiap pos berbeda dari sebelumnya. Kebetulan
ada salah seorang bapak, beliau warga setempat yang baru turun dan kami bertegur
sapa, sekaligus tanya soal pos 3. Ternyata benar pos 3 adalah gubuk di pinggir
jalan yang tak sama dengan gubuk di pos-pos sebelumnya. Kami hanya berhenti
untuk mengisi air minum, karena di sebrang gubuk ada pancuran air dari drum yang
sudah disediakan oleh pengelola Gunung Andong. Setelah itu kami langsung lanjut
menuju Puncak Makam. Karena di pos 3 rasa-rasanya tidak efektif untuk istirahat
agak lama, berhubung gubuk yang demikian dan jalurnya cenderung sempit serta
dekat dengan rawan longsor.
Sumber air di pos 3 [foto diambil saat turun pulang] |
Pos 3 – Puncak Makam
Puncak Makam [saat jalan turun] |
Perjalanan dari
pos 3 menuju makam ditemani kegelapan selain berteman kabut. Mulai meniti jalan
dengan pencahayaan senter yang kami bawa. Harus lebih teliti karena ada
pertigaan didepan. Menuju Puncak Makam dan menuju camp area. Terus berjalan sambil bercerita tetiba kami sampai di
pertigaan. Kami berhenti mencari jalan menuju camp area. Karena gelap jadi harus benar-benar teliti. Bahkan karena
ada kabut juga, makam yang ada di puncak tak terlihat. Setelah melihat peta
yang didapat saat pendaftaran kami dapat arah menuju camp area.
Puncak Makam – Camp Area
Tiba di Camp Area sekitar pukul 18.45 menitan. Jadi
jarak tempuh dari bascamp sampai di camp
area ini tak sampai 2 jam. Kami langsung mendirikan dua tenda, masing-masing
untuk tenda ciwi-ciwi [perempuan] dan tenda lelaki hehe kemudian dilanjut
dengan bebersih diri dan berganti pakaian kering. Setelah beres kami masak
sekaligus menunaikan kewajiban sholat maghrib sekaligus menanti waktu isya
datang. Mendirikan tenda bertemankan gerimis, beruntung membawa flysheet jadi kami bangun tenda
berhadapan kemudian antara tenda kami ditutupi flysheet dan bisa masak
ditengah-tengah juga.
Kami bermalam
di camp area bersama para pendaki
lainnya. Yaaap, sengaja memilih mendaki saat weekend supaya banyak
barengannya. Suasana jadi lebih meriah dengan keramaian para pendaki lain. Karena
malam, tak begitu jelas ada berapa banyak tenda yang berdiri disini.
Bermalam menikmati sajian langit yang
memanjakan mata meski gelap karena mendung. Hawa dingin merasuk tubuh meski
sudah berbalut jaket tebal dan pakai sleeping
bag. Entahlah, tidur malam ini terasa lebih dingin dibanding saat tidur di
Gunung Lawu. Mungkin karena saat di Gunung Andong ini sedang musim hujan. Kami berteman
gerimis rintik hujan dan angin saat tidur malam hari.
Camp Area – Puncak Jiwa
Pagi hari
sejuk sekali. Indahnya. Waktu pagi di gunung memang benar-benar membuat pikiran
tenang dan damai. Meski berteman kabut. Yapp, karena musim hujan wajar kalau
sampai puncak pun kabut masih menemani. Tapi tetap cantik. Ternyata ramai sekali
yang mendirikan tenda di camp area ini
bahkan juga ada yang mendirikan tenda di sepanjang Puncak Jiwa dan dekat Puncak
Andong. Karena jarak antara camp area,
Puncak Jiwa dan Puncak Andong memang dekat sekali.
Oke, setelah
membuat sarapan. Kami juga membuat camilan ubi rebus berteman dengan milo
hangat. Dinikmati sembari menanti kabut yang mungkin berkenan melipir sedikit
agar kami bisa melihat pemandangan Gunung Merbabu nun jauh disana. Tapi kabut
masih ingin terus membersamai, ia hanya melipir sesekali dan lebih sering
tinggal. Tapi tak mengapa, apapun yang didapat saat di puncak tetap indah,
tergantung bagaimana cara kita menikmatinya. Setelah menanti
sampai pukul 08.00 WIB, kami meninggalkan barang dan tenda kemudian berjalan
menuju puncak. Kemudian pukul 09.00 WIB kami putuskan turun dan pulang ke
Jogja.
Sampai bertemu di pendakian lain ya. Siapa tau bisa barengan
hehe
Jogja, 31 Januari 2019
Album Kenangan :
Turun mau pulang |
Puncak Andong |
Rehat paling pewe berbantal carier |
Paving menuju Pos 1, Andong berselimut kabut |
Masak untuk sarapan |
Komentar
Posting Komentar